#BatikIndonesia Jati Diri Bangsa, Perjalanan Tradisi, Bangga Memilikinya

batik8

Kampung Batik Betawi Terogong

 “Oooh…itu Bu, gang di depan belok kanan. Tempatnya ada di sebelah kanan. Nggak jauh ko Bu,”kata tukang bakso pada saya. Lalu, sayapun meminta tukang ojek melanjutkan perjalanan, mengikuti rute yang diberikan oleh tukang bakso tadi. Benar saja, tempatnya tidak jauh dari tempat saya bertanya tadi. Setelah melihat sekeliling, saya menelusuri gang sempit. Dan, tibalah saya di sebuah rumah sederhana. Saya tidak pernah menyangka di rumah sederhana inilah lahir karya seni bernilai tinggi, dikenal dikancah Internasional. Karya seni yang menggambarkan sebuah peradaban masa lalu tapi dengan bungkus modern.  Karya seni yang kental dengan filosofi dan tradisi, dan masyarakat bangsa ini mengenalnya dengan sebutan “BATIK”.

batik9

Gang sempit menuju sanggar batik Terogong

Adapun keperluan saya datang ketempat ini ingin membeli beberapa lembar kain batik. Sebenarnya saya cukup banyak memiliki batik tapi semuanya berciri khas Jawa. Sedangkan di tempat ini—yang akhirnya saya tahu bernama “Batik Terogong”dijual batik Betawi. Batik Terogong bukan merupakan jenis batik seperti batik lainnya. Dinamakan batik Terogong karena tempat ini berada di daerah Terogong, sebuah wilayah di Kelurahan Cilandak – Jakarta Selatan.

Pemilik Batik Terogong sendiri adalah Ibu Siti Laela, biasa dipanggil Bu Lela. Sebenarnya apa yang dilakukan Bu Lela menjadi bagian dari pelestarian batik, khususnya batik Betawi. Terus terang, saya sangat miris  mengetahui keberadaan batik Betawi. Bukan dari sisi peminat tapi lebih pada pelestari. Bu Lela salah satu dari warga Jakarta—sebut Betawi yang masih konsisten dengan batik Betawi.

Di gang sempit di tengah himpitan gedung menjulang, batik Betawi masih bisa lahir. Warna mencolok, motif ondel-ondel, pucuk rebung, beras tumpah dan tari yapong melintas bisu. Bisu karena sedikit sekali orang yang mengajaknya bicara. Semua motif itu benar-benar terdiam, kalah oleh corong mode dari berbagai Negara. Sungguh, tak pantas rasanya kita membiarkan warisan teronggok kehilangan selera seninya. Apa yang salah dan siapa yang salah ? Dua pertanyaan ini mencuat dari hati yang paling dalam, untuk selanjutnya berpikir keras bagaimana cara mengembalikan geliat batik Betawi di tanah leluhurnya ini.

batik1

Batik Betawi motif ‘Ondel-ondel’

Lahir Dari Sebuah Tradisi

Jika kita mendengar kata ‘batik’ pasti yang terlintas pertama kali di pikiran adalah tanah Jawa.  Di tanah Jawa sendiri ada tiga kota yang terkenal dengan batiknya, Jogja, Solo dan Pekalongan. Saya sendiri pernah beberapa kali mengunjungi sentra-sentra batik di tiga kota tersebut.

Sebagaimana kita ketahui, selain Jawa  beberapa daerah di Nusantara juga memiliki  batik. Sebut saja, ada batik Palembang, batik Nias, batik Cirebon, batik Bali, batik Papua, batik Jambi, batik Kalimantan, batik Betawi dan lainnya. Masing-masing daerah pasti menyimpan sejarah yang panjang tentang batik. Itulah sebabnya batik Indonesia layak terkenal di kancah International.

batik10

Beberapa koleksi kain batik yang saya miliki

Bicara soal tradisi, pastinya tidak terlepas dari martabat dan harga diri. Siapa sih orang yang tidak terusik jika harga dirinya diganggu. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai menjaga martabat yang lahir dari sebuah tradisi, tanpa kecuali batik. Ya, batik memang sarat dengan tradisi karena hanya dipakai pada saat acara yang berbau adat istiadat saja. Orang memakai batik jika ada acara khusus. Sampai sekarang pun kita masih dengar orang berkata,”Mau kondangan ya ? ketika melihat kita berbatik.

Simbol lain yang menandakan batik lahir dari sebuah tradisi bisa dilihat dari motifnya. Kalau diperhatikan, motif yang tergores pada lembaran kain menjadi cerita sejarah dalam kurun waktu tertentu. Perjalanan sebuah tradisi mulai dari menikah, lahir dan mati semua tergambar dalam batik. Tanpa disadari, batik juga menemani perjalanan  manusia. Ketika menikah, batik menjadi kain pelengkap busana. Ketika lahir, batik menjadi alat bedong  dan gendong  bayi, terakhir ketika mati batik manjadi penutup jenazah.

Belum lagi gambaran alam berikut manusia di dalamnya. Saya rasa itulah yang menjadikan batik Indonesia unik dan memiliki ciri khas. Sebuah perayaan adat istiadat yang tidak terjadi di negara lain selain Indonesia.

Rasanya hampir sebagian besar masyarakat Indonesia tahu, bahwa batik merupakan tradisi yang diwariskan leluhur bangsa ini. Kita juga tahu makna warisan begitu berarti, bahwa kita harus memiliki tanggung jawab, untuk menjaga dan melestarikan.

Secara sederhana saya gambarkan begini, misalnya kita diwariskan rumah oleh orang tua. Maka sebagai ahli waris tentu saja kita harus bisa menjaga, merawat bahkan melestarikannya. Bentuk menjaga, merawat dan melestarikan bisa bermacam-macam.  Begitu pula dengan batik yang sudah menjadi warisan dari para leluhur bangsa ini. Salah satu contoh melestarikan batik seperti yang sudah dilakukankan oleh Bu Lela, dengan batik Betawinya.

batik5

Banner batik Terogong

Hingga akhirnya warisan itu sampai juga waktunya pada generasi sekarang. Generasi yang nota bene tengah disibukkan oleh dunia internet dan gawai. Dunia yang penuh dengan hingar bingar kemajuan mode dan segala tetek bengeknya. Sejatinya kondisi seperti ini tidak membuat kita lengah untuk tetap menjaga batik sebagai warisan. Sehingga dengan begitu batik tidak akan  mengalami degradasi nilai,  baik dari segi ekonomi maupun tradisi.

Jika semua permasalahan itu sudah bisa teratasi, maka kita hanya tinggal memikirkan untuk berinovasi. Sehingga, batik tidak akan diklaim lagi oleh bangsa manapun di dunia ini seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu. Tanamkan kuat-kuat kecintaan dan kebanggan pada batik. Entah dengan memakai, memiliki, memproduksi, menjual, menceritakan, mengabarkan, membagikan sebagai hadiah atau cindera mata dan seterusnya. Saya sendiri telah melakukan semua hal itu, kecuali memproduksinya. Akhir-akhir ini sempet juga sih kepikiran ingin memproduksi dengan memberdayakan kaum perempuan di sekitar rumah. Semoga terlaksana ya…

Dengan kata lain, mempertahankan batik sama dengan mempertahankan tradisi. Inilah yang tidak boleh dilupakan atau terlupakan oleh seluruh masyarakat. Sadar dan ingin selalu mempertahankan batik meskipun arus mode begitu deras. Perlu kesadaran tinggi dalam memaknai  bahwa batik bukan soal lembaran kain biasa, banyak filosofi yang terkandung di dalamnya. Batik itu sendiri juga menjadi simbol kebudayaan yang bernilai tinggi.

Apa yang dilakukan oleh pemerintah  dengan mendapatkan hak paten batik dari UNESCO pada 2 Oktober 2009 belum dirasa cukup. Menurut saya, semua elemen bangsa  harus tetap mewaspadai adanya keinginan negara lain untuk mengklaim atau bahkan mencurinya.

Ingat, mencuri batik berarti mencuri warisan leluhur… !  Dan kita tidak boleh tinggal diam.

Jika hal ini sampai terjadi tidak menutup kemungkinan, budaya bangsa ini perlahan akan punah. Kita semua pasti tidak ingin ini terjadi, karena jika tidak apalagi yang akan kita wariskan buat anak cucu nanti. Bahkan Direktur UNESCO untuk Indonesia, Prof. Dr. Hubert Gijzen pernah mengatakan bahwa batik Indonesia sarat dengan budaya. Unik, special dan mempunyai sejarah panjang, berbeda dengan batik dari Negara lain. Makanya tidak heran kalau batik Indonesia terkenal di seluruh dunia, karena ciri khasnya.

batik2

Ciri khas batik Betawi ‘Tari Yapong’

Apabila kita amati hanya batik, satu-satunya budaya asli Indonesia yang dapat dengan mudah melanglang ke dunia Internasional. Seperti misalnya beberapa artis terkenal bertaraf Internasionalpun kerap menggunakan batik Indonesia. Bukan apa-apa, batik bukan seperti candi Borobudur atau Komodo yang tetap diam di tempat. Batik adalah contoh nyata, warisan tradisi yang tidak cuma bisa dilihat dan didengar saja. Batik bisa menjadikan orang yang memakainya punya kebanggaan dan kesan tersendiri.

batik18

Julia Robert artis International memakai batik

Jatidiri Bangsa

Beberapa puluh tahun silam, dalam hal busana Indonesia dikenal dengan kebaya yang dipakai oleh  wanita dan peci dipakai laki-laki. Keduanya menjadi ciri khas bangsa Indonesia, semua penghuni dunia tau dengan busana tersebut. Seiring dengan perjalanan waktu kedua identitas itu luntur berganti dengan batik. Saya pernah mengalaminya beberapa kali saat berkunjung ke Negara lain dengan memakai batik. Mereka dengan yakin menyapa saya,”Are you from Indonesia ? Dan saya pun membalasnya lebih yakin lagi,”Yes, I am from Indonesia.”

Ada rasa bangga membuncah dalam sanubari, ketika mereka tahu saya dari Indonesia hanya karena memakai batik. Bahkan pada perhelatan Olympiade yang baru saja usai, kontingen Indonesia memakai baju seragam batik. Yup, batik sudah menjadi identitas bangsa Indonesia, cerminan jatidiri bangsa. Saya bangga memilikinya, karena batik bisa memancarkan kewibawaan pemakainya.

batik11

Seragam defile atlet Indonesia pada Olympiade 2016

Batik dan Masa Depan

Ketenaran batik di dunia Internasional sudah tidak diragukan lagi, namun seperti kata pepatah “Semakin berada di puncak semakin kencang angin menerpa”. Pepatah ini harus selalu diingat semata-mata agar kita tidak lengah dengan posisi. Begitu pula batik Indonesia, meskipun hingar bingarnya terdengar di seantero jagat tetap harus selalu melakukan perbaikan dan inovasi.

Saya bukan pengamat batik atau kolektor, tapi sebagai individu yang  mendapat warisan batik, saya juga harus ikut andil dalam pelestariannya. Meskipun saya sendiri belum tahu mau mulai dari mana. Sampai akhirnya saya ingin mencurahkan sedikit pemikiran lewat tulisan saya ini. Harapan saya, semoga curahan saya, mendapat tanggapan atau minimal ada yang menindak lanjutinya.   Bagi saya, batik memiliki masa depan yang sangat cerah baik dari skala nasional maupun Internasional.  Berikut beberapa uneg-uneg saya tentang batik yang menurut saya perlu perubahan :

  • Jadikan batik sebagai pakaian sehari-hari

Jujur saja, hampir setiap hari saya pakai batik meskipun itu cuma daster, tapi bukan berarti batik jadi turun pamornya loh. Dalam kaitan ini saya mau mengkomentari soal pakaian batik yang hanya dipakai pada waktu tertentu saja. Atau hanya pada saat ada acara resmi, padahal toh seandainya setiap hari orang memakai batik akan dapat lebih mempopulerkan batik. Emang sih nggak harus setiap hari, tapi minimal pakai batiknya lebih banyak dari pakaian konvensional. Contohnya saja, anak sekolah pakai baju batik hanya sehari atau pegawai kantoran pakai batiknya hanya pada hari Jum’at saja. Sejauh ini, begitulah yang masih saya lihat, bukankah memakai batik setiap hari bisa menambah rasa bangga ? Kesimpulannya, saya bangga memakai daster batik, gimana dengan kamu ?

  • Pakai batik bukan hanya acara resmi saja

Seperti yang sudah saya bilang di atas, orang akan selalu bertanya,“Mau kondangan ya ? ketika melihat kita memakai batik. Padahal nggak selalu orang memakai batik itu datang kondangan. Makanya saya sering bingung sendiri, kenapa sih image orang seperti itu ? Kesannya kalau saya pakai batik pasti mau kondangan, padahal saya sering pakai batik untuk menghadiri acara pertemuan biasa.

Misalnya untuk ngopi sama temen, reuni, arisan atau undangan lain selain kondangan. Nah, menurut saya image seperti ini harus dibuang, karena  mengesankan  batik menjadi busana orang kondangan. Sedangkan kebanyakan orang yang datang kondangan  usianya sudah tua-tua. Makin lama, akan timbul kesan batik hanya buat orang tua saja. Hal ini juga yang membuat banyak anak muda enggan memakai batik, karena kesan tua atau dewasa. Untungnya sekarang, banyak perancang Indonesia—sebut saja Iwan Tirta yang sudah memfokuskan diri merancang batik. Dari tangan perancang inilah  muncul beberapa model batik yang nampak lebih chic ketimbang tua.

  • Menggerakkan masyarakat dengan pelatihan membatik

Waktu saya berkunjung ke Kampung Batik Terogong, sang pemilik yang diwakili oleh staffnya sempet bercerita kepada saya. Awal mulanya terpikat pada batik, karena ada pelatihan dari instansi setempat selama 3 bulan dan tanpa biaya. Sejak itulah beliau mulai menekuni seni membatik sampai pada taraf ahli membatik. Karena beliau orang betawi asli maka batik Betawi menjadi pilihannya. Sampai akhirnya batik Betawi yang dimilikinya kesohor dan menjadi cikal bakal berdirinya Kampung Batik Terogong.

Sayang seribu sayang, minat membatik dari orang sekitar tempat tinggalnya rendah, entah apa sebabnya. Padahal dari segi ekonomi kegiatan membatik bisa dikatakan lumayanlah, buat skala ibu rumah tangga. Dari cerita ini saya berkesimpulan, bahwa sudah saatnya kegiatan membatik harus digalakkan secara kontinyu dan tidak berhenti di tengah jalan. Masih cerita Bu Lela, banyak manfaat dari kegiatan membatik seperti mengurangi stress, mengisi waktu luang dan melatih kesabaran.

  • Museum Batik

Pernah mendengar museum batik ? Hampir di tiap kota besar ada museum batik, tapi saya ko merasa janggal ya dengan sebutan museum batik. Sependek pengetahuan saya tentang museum, sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang yang sudah langka atau usang. Nah, coba deh apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika batik harus dimuseumkan. Saya beranggapan bahwa batik bukan barang langka apalagi usang. Buktinya batik masih ada sampai sekarang dan beredar ke mana-mana termasuk ke mancanegara. Kesan yang ditangkap tentu saja berkonotasi negatif, bahwa batik sudah menjadi barang langka. Yang saya takutkan, image tersebut disalah artikan oleh negara lain untuk mengklaim kembali batik Indonesia.

batik17

Museum Tekstil Jakarta

Jadi, saya hanya berharap bahwa semoga ada masyarakat atau orang yang berpikiran sama dengan saya. Dan, apa yang saya pikirkan itu bisa ditelaah kembali benar dan salahnya. Karena sekali lagi, saya bukan pakar batik ataupun kolektor batik. Hanya saja setelah saya pikirkan begitu adanya yang berdampak pada kesan negatif tentang batik. Batik menjadi warisan iya, tapi bukan berarti warisan harus dimuseumkan. Justru sebaliknya, batik harus ditonjolkan dan diangkat karena telah menjadi identitas bangsa dalam berbusana.  Saran saya kalimat ‘galeri batik’ jauh lebih keren ketimbang museum. Iya nggak sih ?

  • Bikin event batik sebanyak-banyaknya

Masih dalam rangka kunjungan  ke Kampung Batik Terogong, saya sempatkan melihat hasil batik Betawi yang tertata rapi dalam lemari kaca. Lalu, dengan seijin pemilik saya mengambil foto dari koleksi batik tersebut. Saya tanya pada staff soal pemasaran batiknya, jawabannya sangat sederhana dari mulut ke mulut atau dari pameran ke pameran. Akan tetapi untuk event yang terakhir, yaitu pameran masih sangat jarang. Kalaupun ada harus bersaing dengan batik kelas premium. Saya pikir ini salah satu kendala bagi pengrajin batik skala kecil seperti batik Terogong.

Dan, cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini, yaitu menggelar event-event batik.  Event bisa dilakukan dengan menggandeng pihak swasta ataupun negri. Pokoknya segala event yang berkaitan dengan mempopulerkan batik dibuat sebanyak mungkin. Toh, semua dimaksudkan untuk mengangkat nama batik dari dikenal menjadi semakin terkenal. Syukur-syukur event tersebut bisa digelar di mancanegara atau ambil kesempatan bila ada acara di kota-kota besar. Seperti Jakarta sendiri misalnya, jarang sekali ada event yang menggelar tentang batik secara spesial.

  • Inovasi alat membatik

Kunjungan saya ke Kampung Batik Terogong saya manfaatkan semaksimal mungkin. Saya baru tahu kalau di dekat tempat tinggal  ada kampung batik hanya berjarak kurang dari 10 kilometer. Penasaran, saya langsung datangi kampung itu karena batik yang dibuatnya adalah batik Betawi. Sebenarnya di Jakarta, punya dua kampung batik yang sudah lebih dulu terkenal, namanya Kampung Batik Palbatu, wilayah Manggarai. Kampung batik Terogong ini berbeda dengan Palbatu. Batik Terogong lebih mengkhususkan pada batik Betawi sedangkan batik Palbatu semua batik dari tiap daerah ada di sana.

Buat saya, tidak pernah ada kata bosan melihat corak dan warna batik, hampir semua saya sukai. Tapi, untuk kali ini saya ingin mempunyai batik Betawi yang kebetulan emang belum  punya. Nah, jadilah saya berkunjung ke batik Terogong dengan maksud belanja sekaligus melihat pengerjaannya. Sayangnya ketika saya kesana sedang tidak ada pengerjaan batik menulis yang ada pengerjaan batik cap. Dengan ditemani staff yang masih kerabat dekat dengan Bu Lela, saya langsung ke tempat pengerjaan batik cap.

batik4

Salah satu contoh alat cap

Tempatnya bukan sebuah ruangan, hanya tanah kosong disekat dengan triplek di sisi pengecapan, sedangkan sisi lain dibiarkan terbuka. Lantainyapun masih tanah, waktu saya masuk hanya ada dua orang karyawan yang sedang bekerja. Satu orang sedang mengecap dan satunya lagi bagian pewarnaan.

Alat yang digunakan juga sangat sederhana, ada dua buah kompor minyak tanah di atasnya masih terdapat wajan kecil. Saya menghampiri Pak Yoyo yang sedang mengecap. Setelah alat cap dicelup ke dalam larutan malam—sebagai tinta, dengan perlahan Pak Yoyo mengecapnya di atas selembar kain putih.

batik6

Pak Yoyo sedang mengecap batik

Berbeda dengan karyawan yang satunya—lupa namanya siapa, sedang melakukan pewarnaan. Alat sederhana itu digoyang turun naik mengaliri kain yang ada di dalamnya. Entahlah apa nama alat pewarnaan ini, tapi sejauh saya melihatnya sangat sederhana. Setelah melalui pewarnaan, batik dijemur dengan cara dikelantang sampai kering. Semua itu saya perhatikan dengan seksama, sambil mengingat ketika saya berkunjung ke Sendang Agung, Sleman melihat cara pencelupan batik—belakangan saya tahu  bernama batik Shibori artinya celup.

batik7

Sedang melakukan pewarnaan

Dari situ saya membayangkan sekaligus bertanya dalam hati adakah alat yang lebih canggih lagi untuk melakukan semua itu ? Alat yang saya maksudkan di sini bukan alat batik tulis tapi batik cap. Dalam bayangan saya jika semua dikerjakan dengan alat yang lebih canggih sekalipun dalam skala rumahan bisa menghasilkan batik berlembar-lembar. Saya rasa di sinilah inovasi itu diperlukan. Bukan itu saja, untuk motifnya sendiri mungkin bisa dikerjakan dengan bantuan sofware komputer. Tentu saja tanpa meninggalkan motif utama. Sepertinya sudah saatnya batik rumahan difasilitasi dengan alat kekinian dan kemudahan. Bukankah begitu ?

Tentang Jogja International Batik Biennale ( JIBB 2016 )

Waktu saya sedang bewe alias blogwalking, saya menemukan postingan dari teman blogger Jogja. Dalam postingannya menginformasikan soal event besar yang akan digelar di kota gudeg tersebut. Event yang digelar adalah  Jogja International Batik Biennale ( JIBB 2016 ). Saya langsung tahu kalau itu event batik, sebagai pecinta batik tentu saja saya kepincut dengan event itu. Demi mendapatkan info terupdate saya langsung meluncur ke media sosial JIBB dan webnya.

JIBB merupakan ajang yang pertama kalinya diadakan sebagai bukti atas predikat yang disandang Jogja sebagai World Batik City, kalau diterjemahkan Jogja Sebagai Kota Batik Dunia. Tahukah kamu, pada tahun 2014 Jogja memperoleh predikat itu dari World Craft Council ( WCC ). Predikat ini semakin mengukuhkan bahwa Jogja telah sah menjadi kiblatnya batik dunia. Waah…meskipun saya bukan warga Jogja tapi kecipratan bangga juga nih. Ajang yang digelar per dua tahun ini akan menjadi gelaran batik terbesar di tanah air. Bertempat di Jogja Expo Center ( JEC ), JIBB akan digelar selama 5 hari berturut-turut mulai dari tanggal 12 – 16 Oktober mendatang.

batik13

Adapun tagline yang diusung adalah “Traditions for Innovations”dengan maksud untuk mendorong gairah ekonomi dan terus berinovasi.  Asli, ini acara keren banget kalau di Jakarta saya sudah pasti datang. Apalagi taglinenya Tradisi dan Inovasi, pasti akan banyak ilmu dan penemuan baru tentang batik yang disebar. Belom pelaksanaan aja saya sudah bisa tebak, kalau ternyata batik juga sudah mulai berinovasi. Nah, inovasinya apa dan bagaimana belum kebayang sama sekali, kecuali soal alat cap yang sudah saya singgung di atas.

Saya jadi membayangkan kalau inovasinya itu perpaduan antara tradisional dan modern. Perpaduan yang tertuang dalam motif batik, maka akan lahir batik semi modern. Hmmm…batik semi modern ? Boleh juga tuh, misalnya aja batik Betawi dengan motif ondel-ondel dan gawai alias gadget, keren kali yak. Menurut saya sih, inovasi yang berbau tradisi boleh aja asal jangan kebablasan.

Jangan sampai hanya gara-gara mau beda dengan yang sudah ada malah jadi ngawur. Menciptakan motif-motif baru atau sesuai dengan tema bisa menjadi inovasi batik. Intinya jangan sampai rasa tradisionalnya menghilang, memang butuh pemikiran matang sih, tapi bukan hal yang sulit juga. Dalam dunia ekonomi, setiap produk memang dituntut untuk terus berinovasi. Karena adakalanya konsumen jenuh jika yang dijual itu-itu terus. Butuh pembaruan tapi harus tetap mempertahankan ciri khasnya masing-masing.

Inovasi  bukan hanya terpaku pada produk saja, dalam hal pemasaran juga bisa.  Apalagi di jaman serba cepat begini, pemasaran bisa  memanfaatkan media sosial seperti Fanpage dan Instagram. Contohnya Omah Colet, yang menjual mukena dan gamis batik colet dengan memanfaatkan media Instagram.

batik19

IG Omah Colet, menjual batik colet online

  Event JIBB ini bener-bener bikin saya mupeng karena nggak bisa menyaksikan betapa batik telah menjadi tuan rumah di negri sendiri. Apalagi pas saya baca rundown acaranya, ada Public Lectures, Batik Exhibition, Batik Symposium, Batik Workshop Day, Batik Competition, Batik Fashion Show dan World Heritage Tour. Semua tentang batik akan dikupas tuntas dalam gelaran JIBB ini.

batik12

Akhirnya saya cuma bisa bilang kalau kebanggaan saya semakin bertambah-tambah. Saya percaya kalau  batik bisa menjadikan Indonesia lebih terkenal dan maju. Perhelatan JIBB ini akan membuka mata dunia International, kalau Indonesia memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan. Warisan leluhur yang satu ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, harus ada inovasi baru yang akan tetap dikenang dan dikenal sepanjang masa.   @etybudiharjo

Hikayat Bunga Kemuning

 

Pada masa dahulu hiduplah seorang raja dengan sepuluh orang anaknya. Bisa dibayangkan hidup dengan sepuluh orang anak, yang mana kesemua anaknya  perempuan.       Amat sangat disayangkan, bahwa Raja telah kehilangan Permaisuri untuk selama-lamanya. Peristiwa yang membawa duka nestapa ini tidak membuat Raja dirundung kesedihan dalam kurun waktu lama. Kesepuluh putrinya itulah yang membuat Raja, kembali menemukan hidupnya. Apalagi terhadap putri bungsu, Raja menaruh perhatian lebih padanya. Hal itu bukan hanya dikarenakan wajah Putri Bungsu serupa dengan Permaisuri, tapi akhlak dan budi pekertinya bagai batang pinang terkelupas kulitnya, halus tanpa cela.

Kesepuluh putrinya masing-masing diberi nama sesuai dengan nama warna. Putri Sulung bernama Putri Jambon, sedangkan adik-adiknya bernama Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye, Putri Merah, Putri Putih, Putri Biru dan yang bungsu bernama Putri Kuning. Nama-nama yang diberikan oleh  Raja kepada putri-putrinya ini bukan tanpa sebab, namun mengandung banyak makna. Kesepuluh putri Raja juga selalu menggunakan baju berwarna yang sama dengan namanya. Semua dimaksudkan sebagai pengingat, agar Raja tidak salah atau tertukar terhadap satu dan  lainnya.

Sebenarnya hampir semua paras Sang Putri cantik rupawan, tapi di balik rupawan wajah tersebut, Putri Raja  memiliki sifat  yang kurang baik kecuali Putri Bungsu. Padahal, baik Raja maupun Permaisuri memiliki akhlak mulia. Terbukti, dalam menjalankan titahnya sebagai seorang pemimpin, Raja dikenal sebagai Raja yang dihormati dan disegani oleh Raja-raja dari kerajaan lain. Bukan hanya bijaksana, Raja juga dikenal sebagai Raja yang adil dan selalu mementingkan urusan rakyat. Dikisahkan bahwa  Raja kerap kali berkeliling ke luar Istana dengan maksud ingin mengetahui kehidupan rakyat yang sebenarnya. Bahkan tidak segan  Raja membawa bahan pokok dan diberikan pada rakyat, tanpa diketahui oleh rakyatnya karena Raja selalu menyembunyikan jati dirinya.  Raja yang lebih banyak berbuat daripada hanya berdiam diri di singgasana nan agung itu sangat dicintai oleh rakyatnya.

Perilaku Raja ini membuahkan hasil pada kejayaan dan kemasyuran kerajaannya. Banyak kerajaan-kerajaan lain mencontoh Raja, bagaimana cara memakmurkan rakyat dan menjaga kewibawaan kerajaan. Dengan senang hati Raja pun membagikan ilmu pada raja-raja lain. Menurut Raja, sudah seharusnya rasa empati seperti itu muncul dalam diri seorang pemimpin. Selain karena keturunan, tahta kerajaan  merupakan amanah dari  Penguasa Jagat Raya.

Sayangnya perilaku Raja yang bijaksana ini tidak menurun pada putri-putrinya, kecuali Putri Bungsu. Sebenarnya jauh sebelum Permaisuri meninggal, para putri raja memiliki sifat terpuji. Akan tetapi setelah Permaisuri meninggal, pengasuhan para putri raja dilanjutkan oleh Pengasuh Istana. Rasanya tidak mungkin jika Raja melakukan pengasuhan putri-putrinya seorang diri. Mengingat tugas dan tanggung jawab kerajaan amat berat. Entah apa sebabnya setelah diasuh oleh Pengasuh Istana, perilakunya berubah meski tidak seratus delapan puluh derajat. Kesembilan Putri Raja itu menjadi putri yang manja dan malas.

Mereka lebih suka memerintah Pengasuh Istana daripada mengerjakannya sendiri. Waktu mereka lebih banyak digunakan untuk bermain, bersolek dan bersantai ketimbang belajar. Pengasuh Istana yang  menjalankan tugas atas titah Raja juga tidak bisa berbuat apa-apa.  Perilaku mereka jauh dari cerminan seorang putri Raja. Padahal sejatinya kepada merekalah kelak tahta ini diturunkan. Sungguh, Pengasuh Istana tidak bisa membayangkan, apa jadinya jika kelak Putri Sulung menjadi Ratu di kerajaan ini. 

“Oh…Penguasa Yang Maha Agung,  kembalikan jati diri mereka semula,”begitu do’a Pengasuh Istana melihat perilaku putri-putri Raja.

Sungguh begitu, hati Pengasuh Istana masih sedikit terhibur, karena  perangai Putri Bungsu tidak seperti kakak-kakaknya. Selain memiliki kecantikan, Putri Bungsu juga memiliki perilaku terpuji. Lemah lembut, penyabar dan penuh kasih sayang pada siapapun, termasuk pada hewan dan tumbuhan. Kelebihan lain dari Putri Bungsu adalah dia sangat penurut terutama atas titah Ayahandanya. Hormat pada Ayah yang tidak lain seorang Raja, pun dengan pengawal, tabib istana, penjaga kebun, perawat kuda, dan pengasuhnya. Putri Bungsu yang bernama Putri Kuning ini, sangat sopan santun, tutur katanya halus dan pandai dalam segala hal. Kepandaiannya ini didapat dari pembelajaran demi pembelajaran. Rasa keingintahuannya terhadap ilmu pengetahuan juga sangat besar. Putri Kuning sangat suka belajar dan selalu tidak berpuas diri. Oleh karena itu dia selalu mencari ilmu untuk memperdalamnya lagi.

Kebijaksanaan Raja tidak terbatas hanya pada rakyatnya saja, kepada semua putri-putrinya Raja juga bersifat adil dan bijaksana. Kalaupun Raja sedikit perhatian pada Putri Kuning itu lantaran Putri Bungsunya menyimpan kemiripan wajah pada mendiang Permaisuri. Lagi pula Putri Bungsu tidak merasakan kasih sayang dari Permaisuri, karena tak berapa lama Putri Bungsu lahir Permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya. Jadilah Putri Bungsu tidak mengenyam asuhan  Ibunya bahkan mengenal wajahnyapun tidak. Sepertinya perlakuan Raja yang seperti itu sangatlah beralasan.

Pada suatu hari, Raja hendak melakukan perjalanan mengunjungi kerajaan lain. Sebelum berangkat, Raja memanggil kesepuluh putri-putrinya. Bertempat di ruang khusus berkumpul, para putri raja sudah duduk di kursinya masing-masing. Seperti kebiasaan pada jamuan makan, Putri Sulung duduk di sebelah kanan Raja, sedangkan Putri Bungsu berada di sebelah kiri.

“Wahai putri-putriku, bukan tanpa sebab Ayah memanggil kalian semua,”kata Raja penuh wibawa.

“Ada apakah gerangan Ayah memanggil kami ?”tanya Putri Sulung.

“Hmmm… putri-putriku, ketahuilah lusa Ayah akan mengunjungi Kerajaan di Wilayah Selatan. Kemungkinan Ayah akan pergi dalam waktu cukup lama,”demikian ujar Sang Ayah.

“Ayah minta agar kalian saling membantu satu sama lain.   

Lakukan tugas sehari-hari,”lanjut Ayahnya lagi.   

“Dan Engkau Putri Jambon, sebagai Putri Sulung, jaga adik-adikmu dengan baik.    

 “Selain itu Ayah juga ingin menanyakan sesuatu pada kalian,”terdengar kembali suara  Raja.      

 Rajapun terdiam sejenak.       

“Apakah itu Ayah ?”tanya Putri Hijau nampak bingung.

Suasana sedikit agak kaku. Para putri saling berpandangan satu sama lain. Mereka mengira-ngira apa yang hendak dikatakan oleh Sang Ayah.

“Dalam perjalanan nanti Ayah akan singgah di beberapa kota kerajaan. Ayah ingin memberikan hadiah pada kalian. Kalian boleh meminta apa saja yang kalian inginkan, sebutkan saja apa yang kalian inginkan,”terdengar jelas suara Sang Ayah.

Hanya dalam sesaat, suasana yang tadi nampak kaku, tiba-tiba mencair seketika. Semua putri-putri itu tersenyum lebar. Wajahnya merona, bak bunga mawar yang baru saja merekah. Mereka saling menoleh, kegaduhan mulai terdengar. Dan disaat semua putri raja meluapkan kegembiraannya, agak berbeda dengan Putri Kuning. Tidak ada semburat gembira apalagi rona bahagia di wajahnya. Putri Bungsu  hanya diam tertunduk. Matanya yang bulat dibiarkan menatap lantai. Hatinya sedikit gundah menyaksikan perilaku kakak-kakaknya.

“Hmmm…,”terdengar suara Sang Ayah kembali.                                                                                           “Baiklah mulai dari Putri Jambon, hadiah apa yang kau inginkan.”

Raja langsung memalingkan wajah ke arah Putri Jambon. Menunggu Putri Sulungnya mengatakan hadiah apa yang diinginkannya.  

“Aku ingin giwang bertahta berlian Ayah,”suara Putri Jambon terdengar sangat bahagia.    

 Lalu, berikutnya Raja menanyakan pada putri keduanya Putri Jingga.      

 “Aku ingin Ayah membelikan kain bersulam emas,”kata Putri Jingga.  

Raja lalu menanyakan pada putri berikutnya, sampai akhirnya tibalah pada Putri Bungsu.   

“Nah, kau Putri Kuning. Hadiah apa yang kau inginkan. Katakanlah wahai putriku.”                                 

Semua mata kakak-kakaknya tertuju pada dirinya. Dipandangi oleh Sembilan orang kakaknya membuat Putri Kuning jadi rikuh.

“Sebelumnya aku minta maaf Ayah,”suara Putri Kuning mulai terdengar meski agak terbata-bata.

Sang Ayah mengerutkan dahinya.     

“Aku takut permintaan ini tidak berkenan di hati Ayah.    

Mendengar hal tersebut, kakak-kakaknya saling berpandangan. Semua menunjukkan ketidaksukaannya pada Putri Kuning. Mereka menduga bahwa Putri Kuning akan meminta hadiah yang lebih mahal daripada mereka. Bahkan beberapa orang kakaknya ada yang mencibir. Semua menunggu apa yang hendak dikatakan oleh Putri Kuning, termasuk Sang Ayah. Mereka nampak tidak sabar menunggu permintaan Putri Bungsu. Karena mereka semua tahu, bahwa betapa sayangnya Ayah pada Putri Kuning, jadi apa saja yang diminta Putri Kuning bukan mustahil akan dikabulkan.

“Ng…ng…ng…aku mau, aku mau…,”sampai di sini Putri Kuning tidak melanjutkan kata-katanya.

Sebenarnya dia tidak ragu menyampaikan keinginannya. Hanya saja sikap kakak-kakaknya itu membuatnya sedikit takut. Justru sekarang dia mulai menengadahkan wajahnya. Dipandangi kakak-kakaknya satu persatu. Kemudian…            

“Aku mau Ayah pulang dengan selamat,”ujarnya lembut.   Itulah hadiah yang aku inginkan, Ayah. Karena tidak ada hadiah yang lebih berharga selain keselamatan Ayah,”ujar Putri Kuning panjang lebar.

Perkataan Putri Kuning  membuat kakak-kakaknya cukup terkejut.

Mereka semua tidak menyangka kalau permintaan adik bungsunya  sedemikian rupa. Demikian pula dengan Sang Ayah. Dipandangi wajah putri bungsu  dengan penuh cinta kasih. Jauh di dalam lubuk sanubari, beliau ingin sekali memeluk putri bungsunya itu.  Dan, tiba-tiba saja selintas Sang Raja teringat oleh mendiang Pemaisuri. Beliau merasa bahwa Putri Bungsunya seperti duplikat dari Permaisuri.

Hari yang dinanti tiba, setelah segala sesuatunya siap  Raja pun berangkat dengan diantar oleh kesepuluh putrinya. Perjalanan kali ini memang terasa sangat berat. Setelah sekian lama sejak Permaisuri meninggal baru sekarang Raja bepergian jauh dalam kurun waktu lama. Akan tetapi Raja harus melakukan semua ini, semata-mata agar putri-putrinya belajar mandiri. Sebab berdasarkan laporan dari Pengasuh Istana, kesembilan putri Raja memiliki tabiat kurang baik. Satu-satunya putri raja yang berperilaku baik hanyalah Putri Bungsu. Namun dalam tahta kerajaan, Putri Sulunglah yang lebih berhak menerima gelar Ratu, setelah Raja nanti mangkat.

Laporan Pengasuh Istana membuat Raja berpikir, mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Maka diputuskanlah oleh Raja, untuk pergi mengunjungi kerajaan sahabatnya. Selain untuk menjalin persahabatan, Raja juga hendak mencari pengalaman bagaimana mempersiapkan seorang putri jika kelak dirinya mangkat.

Sepeninggal Sang Ayah, para putri raja melakukan kegiatannya masing-masing. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama, tabiat buruk dari kesembilan putri raja kembali muncul. Bahkan sejak Sang Ayah pergi sifat malas dan manja kesembilan putri raja diperlihatkan dengan terang-terangan. Perilaku ini tentu saja menyulitkan Pengasuh Istana. Perilaku berbeda justru ditunjukkan oleh Putri Kuning. Di saat kakaknya bermalas-malasan, Putri Kuning justru banyak membantu Pengasuh Istana. Seperti pada sore hari itu, Putri Kuning sedang menyiram bunga di taman belakang Istana. Taman bunga ini adalah taman kesayangan Sang Ayah. Oleh sebab itu, Putri Kuning merasa bertanggung jawab untuk menjaga dan merawatnya.

Sedang asyiknya Putri Kuning menyiram bunga, tiba-tiba dia mendengar seseorang berteriak.  

”Hei…lihat ada tukang kebun baru tuh !”teriak Putri Hijau mengejek.        

Mendengar Putri Hijau berteriak membuat putri-putri yang lain berlari menghampiri. Mereka ingin melihat siapa tukang kebun yang dimaksud. Akan tetapi setelah mereka melihat Putri Kuning yang sedang menyiram bunga, merekapun tertawa terbahak-bahak. Putri Kuning menoleh, menyaksikan kakak-kakaknya yang sedang mengejeknya. Semua itu diterima oleh Putri Kuning dengan penuh kesabaran.

“Ha…ha…ha…eh Kuning, kalau sudah selesai menyiram bunga, buatkan kami teh hangat tanpa gula. Ingat ya ! Tidak pakai gula !”teriak Putri Merah. “Oh…ya  setelah itu jangan lupa bawakan baju kami yang sudah rapi,”tambah Putri Kelabu.  

Begitulah perilaku kakak-kakaknya pada Putri Kuning. Sejak Sang Ayah pergi, Putri Kuning menjadi bulan-bulanan  mereka. Bukan sekali saja Putri Kuning mendapat perlakuan seperti itu. Selain memerintah, Putri Kuning pernah beberapa kali mendapat perlakuan kasar. Pernah sekali waktu rambut Putri Kuning yang sedang digerai, ditarik. Putri Kuning terhuyung, untung saja tangan Putri Kuning langsung meraih pilar Istana. Jika sampai telat maka Putri Kuning bisa jatuh dan terbentur lantai.

Setelah puas memperlakukan Putri Kuning, kakak-kakaknya kembali bersantai dan bersolek, sedangkan Putri Kuning tetap melanjutkan pekerjaannya. Kesabaran Putri Kuning membuat iba para penghuni istana lainnya. Seharusnya mereka tidak pantas melakukan hal itu pada adik bungsunya. Perbuatan kakak-kakaknya sudah di luar batas seorang putri. Entah apa sebabnya mereka berlaku demikian terhadap Putri Kuning. Padahal mereka adalah saudara sekandung. Jadi mereka tidak memiliki alasan untuk berbuat jahat pada adik bungsunya.

“Kuniiiiiiiiiiiiiing…mana teh nya,”teriak Putri Merah. Cepat bawa ke sini,”perintah Putri Merah mulai marah.   

Tak berapa lama kemudian, Putri Kuning datang dengan tergopoh-gopoh sembari membawa baki berisi teh. Belum sampai teh itu diletakkan di meja,  Putri Kuning terjatuh. Baki berisi teh terlepas dari tangannya. Lalu terdengar bunyi gelas pecah berserakan ke mana-mana. Kali ini Putri Kuning mendapat perlakuan jahat dari Putri Biru. Ternyata kaki Putri Kuning dihalangi pada waktu melangkah. Sampai akhirnya Putri Kuning jatuh tersungkur. Melihat Putri Kuning terjatuh semua kakaknya tertawa terpingkal-pingkal. Mereka senang melihat adik bungsunya berada dalam kesulitan.

Untung saja Pengasuh Istana cepat datang, membantu Putri Kuning membersihkan pecahan gelas.

“Makanya kalau disuruh jangan terlalu lama, rasakan sendiri akibatnya,”maki Putri Biru dengan mata melotot.

Lalu merekapun meninggalkan Putri Kuning yang masih termenung. Melihat kejadian itu Pengasuh Istana merasa kasihan dengan Putri Kuning. Sepeninggal mereka Putri Kuning berkata lirih.

“Mengapa mereka seperti itu ya emban ?”tanya Putri Kuning menahan tangis. Apa salah ku ? Bukankah aku ini adik kandung mereka ?

Putri Kuning terus menerus bertanya. Apalah daya Pengasuh Istana tidak bisa menjawab, karena memang dia sendiri tidak tahu menahu mengapa Putri Kuning sangat dibenci oleh kakak-kakaknya.

Setelah genap tiga puluh hari Sang Ayah pergi, akhirnya hari kepulangan pun tiba. Tentu saja hal ini membuat semua putri-putri Raja gembira, tanpa kecuali Putri Kuning. Kedatangan Ayahnya ini memang sangat ditunggu-tunggu. Berbeda pada kesembilan kakaknya, yang menantikan hadiah, Putri Kuning justru merasa sangat rindu pada Ayahnya.

Tidak berbeda pada saat kepergian, maka keesokan harinya seluruh putri-putri raja sudah berhias diri dan mengenakan gaun indah sesuai dengan warnanya. Mereka bersiap menyambut kedatangan Ayahnya. Begitu pula dengan seluruh penghuni Istana, jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan segala sesuatu demi menyambut Raja mereka. Kesembilan putri raja sudah bersiap menyambut kedatangan Raja di depan Istana. Tapi Putri Kuning belum nampak. Lalu Putri Jambon si kakak sulung membisikkan sesuatu pada Putri Biru.

Setelah itu tampak Putri Biru keluar dari barisan menuju tangga Istana.

Tok…tok…tok. “Kuning…kuning…buka pintunya,”terdengar suara Putri Biru.

Tak lama kemudian pintu terbuka.

“Cepat turun, Ayah sudah sampai di perbatasan, sebentar lagi tiba,”perintah Putri Biru. “Oh…ya, jangan menceritakan apa-apa kepada Ayah. Kalau sampai Ayah tahu, maka kau rasakan akibatnya,”ancam Putri Biru.

Karena merasa diancam, Putri Kuning menuruti perintah Putri Biru dan bergabung bersama kakak-kakaknya yang lain.

Setibanya di Istana, Raja meminta putri-putrinya untuk berkumpul di ruang tempat biasa berkumpul. Seperti biasa putri-putrinya sudah siap duduk di tempat masing-masing dan siap menerima hadiah pesanan mereka.

“Ayah, apakah Ayah membawakan pesananku ?”tanya Putri Jambon tidak sabar. “Ya…Ayah, apakah pesananku juga ada ?”tanya yang lain bersahutan.

Sang Ayah lalu memerintahkan Pelayan Istana untuk mengambil koper miliknya.  Dan atas perintah Raja pula, Pelayan itu mengeluarkan benda-benda dari dalam koper. Melihat begitu banyak hadiah yang dibawa, mata putri-putri raja terbelalak dibuatnya.

“Oh…Ayah, aku hampir tak percaya, semua seperti mimpi,”seru Putri Jambon. “Semua hadiah ini begitu indah,”timpal Putri Orange riang.

Tak lama kemudian Raja memberikan hadiah kepada putri-putrinya berdasarkan  pesanan  masing-masing. Pada saat kesembilan kakaknya sibuk dengan hadiahnya, Putri Kuning mencari kesempatan untuk bicara pada Ayahnya.

“Selamat datang kembali di Istana Ayah,”kata Putri Kuning. Syukurlah Ayah telah kembali dengan selamat,”lanjutnya lagi. “Terimakasih putriku,”balas Raja. Maafkan Ayah. Ayah tidak menemukan hadiah yang pantas buatmu. Ayah hanya membawakan kalung ini untukmu,”ujar Raja. “Terimakasih Ayah. Melihat Ayah kembali dalam keadaan selamat sudah membuat aku bahagia,”ucap Putri Kuning.

Putri Kuning lalu menerima kalung pemberian Ayahnya dengan suka cita. Sebelum Raja meninggalkan ruangan itu, Raja kembali berkata,“Wahai putri-putriku, besok malam kita adakan jamuan makan bersama. Untuk acara itu, Ayah minta kenakanlah hadiah kalian masing-masing,”perintah Raja pada putri-putrinya.

Keesokan harinya, Raja menggelar acara jamuan makan bersama. Acara ini bukan hanya untuk kalangan keluarga saja. Beberapa penghuni Istana juga diundang. Maksud dari diselenggarakannya acara jamuan ini adalah untuk lebih mengakrabkan putri-putrinya dengan seluruh penghuni Istana. Raja paham betul, bahwa dirinya tidak boleh melakukan acara sekehendak hatinya. Raja tidak mau terus menerus berpesta pora sementara masih banyak rakyatnya yang hidup susah. Raja selalu berpikir ulang bila ingin melakukan sesuatu. Akan tetapi kali ini, setelah beberapa tahun Istana tidak pernah lagi menggelar acara jamuan, diadakanlah acara tersebut.

Seperti yang sudah diperintahkan oleh Raja kepada putri-putrinya,  dalam acara tersebut semua putri Raja mengenakan hadiah pemberian Ayahnya. Begitu pula dengan Putri Kuning, dia memakai gaun berwarna kuning dan kalung pemberian Ayahnya. Hanya saja ada yang berbeda pada kalung itu. Bandul yang terdapat pada kalung tersebut berwarna hijau, bukan berwarna kuning seperti namanya. Hal ini pasti akan menjadi pertanyaan para tamu yang hadir nanti, demikian pula dengan Putri Hijau. Bukankah sebenarnya kalung itu diberikan kepada Putri Hijau ?

Kepolosan Putri Kuning ditambah lagi rasa hormat pada Ayahnya membuat dia tidak ragu-ragu memakai kalung itu. Lagipula tidak ada yang salah dengan kalung tersebut. Kalaupun bandulnya berwarna hijau lantaran Ayah tidak menemukan bandul berwarna kuning. Baginya kalung itu adalah pemberian dari Ayah tanpa dia harus memintanya. Tidak seperti kakak-kakaknya yang lain, Putri Kuning tidak mau merepotkan tugas kerajaan Sang Ayah. Karena dia tahu betul, bahwa Ayahnya pergi bukan untuk senang-senang tapi menjalankan tugas kerajaan. Tugas Ayah sebagai seorang Raja sangat berat, di pundak Ayah semua beban dan tanggung jawab rakyat berada.

Sebagai seorang anak, dia merasa harus membantu tugas Ayahnya tersebut meskipun Putri Kuning  tahu bahwa dirinya tidak berhak atas tahta Sang Ayah. Kakak Sulungnyalah yang lebih berhak atas tahta kerajaan jika Sang Ayah nanti mangkat. Namun walau bagaimanapun dia juga merupakan bagian dari kerajaan ini.  Pemikiran Putri Kuning sungguh luar biasa, jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Sementara mereka lebih senang bermain, bersenda gurau dan bersolek  Putri Kuning justru sudah memikirkan masa depan kerajaannya. Bagaimana menyejahterakan rakyat dan menjaga sikap agar dapat adil serta bijaksana. Diam-diam semua dipelajarinya, mulai dari kitab-kitab milik Ayahnya atau banyak bertanya pada beberapa punggawa Istana.

Acara jamuan sebentar lagi dimulai, para undangan sudah berdatangan. Seperti biasa, kakak-kakak Putri Kuning juga sudah hadir di ruangan tempat acara jamuan digelar. Akan tetapi, Putri Kuning belum nampak hadir di antara mereka. Kemanakah gerangan Putri Kuning ? Menyadari bahwa Putri Kuning belum hadir,  mereka lalu saling berbisik. Sampai pada akhirnya, semua mata tertuju pada tangga Istana nan megah itu.  Di atas tangga, mereka melihat Putri Kuning sedang menuruni anak tangga setahap demi setahap. Mereka terkesiap melihat kecantikan Putri Kuning yang terlihat anggun dengan busana berwarna kuning dan tak ketinggalan pula kalung pemberian Sang Ayah.

Sayangnya tidak semua mata yang memandang merasakan kebahagiaan, mereka adalah kesembilan kakak Putri Kuning. Perasaan iri dan dengki mulai bergelayut dalam hati kesembilan kakaknya. Bukan apa-apa, Putri Kuning yang merupakan adik bungsu mereka sudah berhasil menarik perhatian tamu-tamu. Padahal kakak-kakaknya sudah berusaha untuk tampil secantik mungkin.

Belum lagi mata mereka beralih pandang dari Putri Kuning, terdengar suara dari petugas Istana. Petugas Istana mengumumkan pada para tamu untuk berdiri sejenak, karena Raja akan tiba di tempat jamuan. Tak lama kemudian, Raja sudah berada di tempat dan menduduki singgasananya. Petugas Istanapun mempersilakan para tamu untuk duduk kembali. Demikian pula dengan putri-putri Raja, mereka sudah menempati tempat duduknya masing-masing. Setelah Raja memberikan sedikit kata pembuka, acara dilanjutkan dengan mencicipi makanan.

Pada saat inilah, Putri Hijau melihat kalung yang dikenakan oleh Putri Kuning.

“Loh…kenapa Putri Kuning memakai kalung berwarna hijau ?”tanyanya dalam hati. Bukankah seharusnya kalung itu jadi milikku ? Awas ya ! Kalau besok dia tidak memberikannya padaku, rasakan akibatnya !”ancam Putri Hijau masih dalam hati.

Benar saja, keesokan harinya Putri Hijau yang sudah menghasut saudara lainnya menemui Putri Kuning di kamarnya.

“Hei…Kuning, mengapa engkau memakai kalung yang bukan milikmu ? Bukankah kalung itu sepantasnya menjadi milikku. Kalung bandul hijau itu tidak pantas jadi milikmu ! Sini…kembalikan padaku,”suara Putri Hijau terdengar sangat keras.  

“Jangan…jangan…kalung itu pemberian dari Ayah,”ucap Putri Kuning mulai menangis. 

Tidak ! Kamu pasti mencurinya dari saku Ayah. Ayo, cepat kembalikan !”Putri Hijau kembali memaksa.

Putri Kuning berusaha untuk mempertahankan kalungnya. Sedangkan Putri Hijau ingin merampasnya. Perkelahianpun tak dapat terelakkan lagi.

Amat disayangkan perkelahian itu tidak berimbang. Putri Kuning kewalahan menghadapi kakak-kakaknya. Sampai akhirnya salah seorang dari mereka memukul kepala Putri Kuning. Dan Putri Kuning terjatuh. Pingsan. Perkelahian terhenti. Putri Jingga memeriksa Putri Kuning yang sudah mengeluarkan darah dari belakang kepalanya.

“Astaga ! Dia sudah mati !”teriak Putri Jingga histeris.  Saudara-saudara yang lain pun ikut kaget.

“Kita harus menguburnya,”seru Putri Jambon.

Lalu, mereka bersama-sama mengangkat tubuh Putri Kuning yang sudah tidak bernyawa lagi. Dengan dipenuhi rasa takut mereka mengubur Putri Kuning di kebun belakang Istana.

Beberapa hari kemudian, Raja merasa bahwa beliau tidak melihat Putri Kuning. Raja segera memanggil putri-putrinya yang lain. Satu persatu mereka ditanya kemana Putri Kuning. Semua putri-putrinya hanya bisa menggeleng dan diam seribu bahasa. Karena semua putrinya tidak mengetahui, maka dipanggillah Pengasuh Istana dan seluruh penghuni Istana. Merekapun semua ditanya tentang keberadaan Putri Kuning. Sayang sungguh sayang, mereka semua menjawab tidak  tahu ke mana Putri Kuning. Akhirnya Raja memerintahkan Pengawal Istana untuk mencari Putri Kuning, bahkan sampai ke pelosok negri sekalipun. Namun hasil pencarian itu sia-sia. Putri Kuning juga tidak diketemukan.

Raja sangat sedih kehilangan Putri Kuning, putri kesayangannya.

“Ah…aku ini Ayah yang buruk. Aku tidak bisa mendidik putri-putriku tentang budi pekerti yang luhur. Bukan hanya itu. Aku juga tidak bisa melindungi putri kesayanganku. Kuning…kuning, maafkan Ayah Nak,”ujar Raja penuh penyesalan.

Akhirnya Raja mengirim kesembilan putrinya ke negri yang jauh, untuk belajar budi pekerti dan akhlak yang baik. Raja berharap dengan begitu mereka bisa belajar kemandirian, tidak malas dan tidak manja. Ini adalah jalan terakhir, meskipun dengan berat hati Raja harus melakukannya. Raja ingin supaya kelak jika dia mangkat maka Putri Sulung bisa menjadi Ratu yang adil seperti dirinya. Karena sejak Putri Kuning menghilang, Raja tidak memiliki pilihan lain kecuali mendidik kesembilan putrinya untuk berlaku baik.

Semenjak kepergian putri-putrinya Raja merasa sangat kesepian. Hingga pada suatu sore, Raja sedang berjalan-jalan di taman belakang Istana. Taman yang penuh bunga-bunga ini mengingatkan dirinya pada Putri Kuning. Ya, hanya Putri Kuninglah yang rajin merawat taman ini. Tiba-tiba langkah Raja terhenti, tatkala pandangannya melihat sebuah pohon bunga. Pohon bunga itu memiliki batang yang banyak, daunnya kecil-kecil dan bunganya berwarna putih. Bunganya juga kecil-kecil. Raja semakin penasaran dengan tanaman tersebut. Maka Raja mendekatinya, lalu memetik sekuntum bunga itu. Diciumnya dan…

“Hmmm…aroma bunga ini sepertinya tak asing lagi bagiku,”gumam Raja. Ah…untuk kesekian kalinya Raja teringat pada Putri Bungsunya, Putri Kuning. “Tapi…siapa yang menanam bunga ini ?”tanya Raja masih dalam hati.

Saat itu juga Raja memanggil tukang kebun Istana dan menanyakan apakah dia yang menanam bunga ini. Tukang kebun Istana menggeleng, artinya bukan dia yang menanamnya. Akhirnya Raja menamakan bunga itu Kemuning dan memerintahkan tukang kebun untuk merawatnya. Ya, tanpa sepengetahuan Raja, bahwa tanah tempat bunga Kemuning itu tumbuh adalah tempat jasad di mana Putri Kuning dikubur oleh kakak-kakaknya. Sampai saat ini, Bunga Kemuning masih banyak dijumpai, beberapa bagian pohonnya sangat berguna, sebut saja bisa untuk bahan pembuat bedak, minyak wangi, minyak rambut dan lain sebagainya. Semua ini menandakan betapa mulianya sifat dan sikap Putri Kuning. Bahkan sampai Putri Kuning sudah meninggalpun, segala kebaikannya masih dikenang oleh orang banyak.

T A M A T

Medictrust Wadah Arsip Kesehatan


Tiga tahun terakhir ini, Papieh—panggilan saya ke suami punya jadwal rutin ke dokter, terutama dokter spesialis Orthopedi. Pasalnya tiga tahun yang lalu, Papieh terdiagnosa penyakit HNP atau sering juga disebut Syaraf Kejepit. Dokter yang mendiagnosa memutuskan agar Papieh dioperasi. Sebenarnya saya agak keberatan dengan keputusan dokter, mengingat usia Papieh yang sudah lanjut ditambah lagi dengan penyakit lainnya. Ya, selain diserang HNP, Papieh juga memiliki riwayat asma dan gangguan pencernaan ( sembelit ). Jadi pada saat akan dilakukan operasi, dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Mulai dari jantung, paru-paru, tekanan darah dan tentu saja tulang punggung belakang.

medictrust 6

Kartu konsul ke dokter

Selama tiga tahun itu pula, Papieh rutin dua atau tiga kali ke dokter untuk mengecek kesehatannya. Cek Up rutin ini, tidak jarang membuat saya sering lupa, mau ke dokter siapa, jadwal dokternya dan obat-obatnya. Bahkan beberapa kali pernah terjadi, saat sudah konsul dengan dokterpun masih aja ada berkas yang lupa dibawa atau bahkan hilang. Kalau sudah kejadian begitu biasanya kami diminta untuk menunggu di luar sampai file yang dibutuhkan sudah ada.

Medictrust 7

Hasil laboratorium

Berobat secara rutin selama 3 tahun membuat file medis Papieh menumpuk. Biasanya bila saya punya waktu, maka saya akan membereskannya. Dibuang ? Oh tidak, file medis tidak boleh dibuang karena ini menyangkut riwayat penyakit, diagnosa dan obat-obatan. Contohnya seperti kejadian baru-baru ini, Papieh kena serangan asma, seperti biasa kalau ada serangan mendadak Papieh langsung minum obat racikan dari dokter spesialis paru-paru. Namun kejadian kemarin itu sama sekali tidak biasa, setelah minum obat plus diuap pun asmanya nggak berkurang.

Karena panik, saya memutuskan membawa Papieh ke UGD rumah sakit langganan. Oleh dokter UGD Papieh diberi pertolongan pertama, tapi tetap saja harus menjalani observasi lebih lanjut alias rawat inap. Setelah ditangani oleh dokter yang biasa merawat, saya diberitahu bahwa asma Papieh sudah mulai akut. Artinya obat yang biasa diminum harus diganti atau dosisnya ditambah.

Medictrust 8

Hasil rontgen yang disimpan dlm disk ( VCD)

Saya jadi tahu, inilah yang dinamakan riwayat penyakit, setiap saat bisa berubah sesuai dengan kondisi pasien. Makanya saya disarankan agar file medis jangan dibuang, tapi harus tetap disimpan. Karena file itu bisa jadi acuan dokter, para perawat juga bilang kalau mengandalkan dokumen dari rumah sakit prosesnya akan lama. Jadi bisa dibayangkan selama berobat tiga tahun itu, file medis Papieh sudah menumpuk, apalagi hasil laboratorium dan rotgen. Biasanya selain dirapikan, file medis itu saya simpan dengan cara discan. Saya pikir, cuma itu jalan satu-satunya agar lebih terjaga dari kehilangan atau rusak.

Medictrust 2

Apps Medictrust sudah ada dlm gadget saya

medictrust3

Saya langsung menjadi member Medictrust

Pas saya lagi perlu pas ada terobosan baru yang kekinian, yaitu sebuah aplikasi untuk menyimpan file medis. Terobosan dalam dunia digital ini dapat memudahkan orang terutama saya untuk menyimpan atau mengarsipkan file medis. Lebih canggihnya lagi, aplikasi ini didownload lewat gadget atau smartphone, jadi file medis yang tersimpan bersifat mobile. Dengan kata lain apabila saya sedang mengantar suami konsul ke dokter, saya tidak perlu lagi membawa file medis Papieh yang masih berupa kertas atau disk ( VCD ).

Nama aplikasi ini adalah Medictrust, setelah didownload saya langsung mendaftar jadi member. Data yang saya input adalah data saya, seperti usia, golongan darah dan berat badan. Karena aplikasi ini bersifat pribadi, jadi saya beum bisa menggunakan Aplikasi Medictrust untuk menyimpa file medis suami. Nah, untuk masalah ini saya langsung tanya-tanya sama admin Medictrust di laman Fanpagenya. Saya tanya apakah Aplikasi Medictrust bisa dipakai berdua dengan suami. Jawaban yang saya terima cukup jelas, jadi bila ada pertanyaan seputar penggunaan Aplikasi Medictrust ini, Anda bisa langsung menuju Fanpage Medictrust atau bisa juga berinteraksi via Twitternya.

medictrust 5

Alur penggunaan Apps Medictrust

Aplikasi Medictrust ini simple banget, semua data tentang kesehatan member bisa terupload dengan lengkap. Fitur-fiturnya juga sudah mewakili semua kondisi member. Sejatinya Aplikasi Medictrust ini bukan hanya digunakan untuk member personal saja. Kalau saya lihat, Aplikasi Medictrust bisa juga digunakan oleh pihak rumah sakit atau dokter, terutama dokter yang praktek di luar rumah sakit. Dan satu hal yang paling saya suka yaitu, kehadiran Aplikasi Medictrust ini ikut menjaga kelestarian lingkungan. Karena penggunaan Aplikasi Medictrust ini secara otomatis akan mengurangi penggunaan kertas. Kalau saya lihat file Papieh yang disimpan di rumah sakit, maka saya akan bilang, “Wow… Medictrust is Amazing !”.

medictrust 4

Chat saya di Fanpage Medictrust

Ah, rasanya saya sedikit lega, karena saya sudah tidak pusing lagi ngurusin file medisnya Papieh. Mulai dari jadwal konsul ke dokter, hasil cek laboratorium, resep obat sampai hasil rontgen bisa disimpan dengan baik tanpa takut ketinggalan apalagi hilang. Jadi jika Anda memiliki masalah yang sama seperti saya, nggak usah bingung lagi, langsung download aja Aplikasi Medictrust di gadget Anda. Salam sehat…!

Mengulurkan Sedekah Meraih Rezeki

sedekah

Sumber gambar : islamitubaik.blogspot.com

Dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 261, disebutkan bahwa barang siapa menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus butir. Allah melipat gandakan bagi mereka yang dikehendakiNya. Bicara mengenai sedekah memang tidak sampai pada teori belaka, tapi harus lebih dari itu. Sedekah merupakan perintah Allah langsung pada hambaNya, karena pahalanya yang berlipat lipat. Berangkat dari sinilah manusia berlomba-lomba untuk bersedekah, sekalipun hanya dengan berupa nasehat. Banyak orang yang terhenyak dengan kedahsyatan sedekah, salah satunya adalah Rd Aldi Ferdian.

Nama Rd Aldi Ferdian memang bukan dikenal pada dunia dakwah apalagi pengurus masjid, karena memang itu bukan jalurnya. Rd Aldi Ferdian lebih sering ditemui pada kebanyakan orang yang memiliki mimpi tapi sulit mewujudkannya. Apakah Rd Aldi Ferdian itu seorang ahli nujum ? Atau tafsir mimpi, bukan, sama sekali bukan bahkan tidak ada kaitannya sama sekali. Daripada kebanyakan mikir, sekarang waktunya seorang Rd Aldi Ferdian tampil untuk memperkenalkan dirinya, apa profesinya dan sepak terjangnya selama ini. Mengapa pula seorang Rd Aldi Ferdian dikait-kaitkan dengan surah Al-Baqarah tersebut di atas, padahal Rd Aldi Ferdian bukan seorang pendakwah apalagi ustadz.

Aldi Ferdian

Alur hidup yang dilalui oleh Rd Aldi Ferdian memang bukan jalan mulus. Banyak jalan terjal bahkan berlubang dan berbatu yang dilaluinya dalam menapaki hidup. Dalam hal profesinya, Rd Aldi Ferdian memulainya dengan menjadi seorang supir antar jemput anak-anak SD. Beruntung setelah itu menjadi seorang Supervisor Entertainment di sebuah Café terkenal di wilayah Bandung. Ketekunan Rd Aldi Ferdian mengantarkannya menjadi seorang marketing bank, dan inilah awal perjalanan karier selanjutnya. Malang melintang di dunia entertainment dan  marketing  terutama   pada   saat  bekerja di kantor, membuat Rd Aldi Ferdian merasa jenuh. Kejenuhan inilah yang menjadi titik baliknya untuk menekuni profesi lain.

Profesi lain yang dilirik oleh Rd Aldi Ferdian yaitu transformasi dalam hal raga dan rasa. Secara garis besar apa yang hendak dilakoni oleh Rd Aldi Ferdian adalah untuk membantu mereka dalam mewujudkan mimpi. Nah, sebagai bentuk dari refleksi ayat tersebut di atas maka Rd Aldi Ferdian memantapkan dirinya untuk menjadi seorang investor. Dimulai dari membentuk sebuah koperasi sampai perusahaan pemberi jasa investor, Rd Aldi Ferdian membantu mereka untuk mewujudkan mimpi. Tentu saja bantuan keuangan yang diberikan oleh Rd Aldi Ferdian ditujukan untuk pengembangan sebuah usaha dalam skala besar. Rd Aldi Ferdian bukan hanya membantu keuangan dalam pengembangan sebuah proyek, tapi juga ikut terjun langsung.

Dengan kata lain Rd Aldi Ferdian menjadi investor sekaligus eksekutor proyek. Keterlibatannya dalam pembangunan dan pengembangan proyek membuat Rd Aldi Ferdian semakin berani dalam menunjukkan dedikasinya pada bidang pendanaan. Misi dan visi pribadinya adalah ingin membantu antar sesama, semakin banyak yang disedekahkan maka semakin banyak pula kebaikannya. Satu hal yang perlu diingat, bahwa sedekah yang dikeluarkan harus semata-mata karena Allah Ta’ala, bukan berharap imbalan materi. Materi hanyalah sisi lain dari penerimaan atas apa yang dikeluarkannya.

Nah, apakah Anda tertarik untuk bergabung dengan Rd Aldi Ferdian ? Atau apakah Anda memiliki mimpi tapi tidak tahu bagaimana mewujudkannya ? Kini saatnya Anda bangun dan merealisasikan mimpi tersebut dengan bijak.

Pajak Untuk Ditaati Bukan Ditakuti

pajak

Gambar pinjam dari sini

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pajak masih menjadi momok yang menakutkan. Oleh sebab itu tidak heran jika sampai sekarang masih banyak masyarakat Indonesia yang menghindar dari pajak. Berinteraksi dengan pajak sama saja dengan mencari kesulitan, jadi sebisa mungkin dihindari. Untuk kasus seperti ini saya mencontohkan diri saya sendiri, sampai sekarang saya masih belum mempunyai NPWP alias Nomor Pokok Wajib Pajak. Padahal sebagai seorang penulis yang kadang menang dalam lomba, sejatinya saya memiliki NPWP untuk pemotongan pajak hadiah. Kalau ditanya mengapa sampai sekarang saya belum mempunyai NPWP jawabnya cuma satu : males lapornya karena ngisinya ribet.

Namun jauh di dalam lubuk hati, saya sadar bahwa pajak banyak mempengaruhi perkembangan pembangunan di Indonesia. Lihat saja, pembenahan dalam hal pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan lain sebagainya. Semua perubahan itu sebagian besar dibiayai oleh pajak yang disetorkan oleh wajib pajak. Melihat perubahan pembangunan yang begitu pesat, apakah saya masih menutup mata ? Atau bahkan tidak percaya bahwa semua itu karena sumbangsih dari pajak ? Jadi, alasan apalagi yang mau dipakai sekedar untuk berkelit menghindari pajak, laporannya kah ? Ho…ho…ho…kayaknya ini juga sudah nggak bisa dijadikan alasan deh, soalnya sekarang banyak jasa konsultan pajak yang bisa membantu membuat laporannya.

Salah satunya adalah Zeti Arina, konsultan pajak yang berdomisili di Surabaya ini bukan saja membantu klien dalam menghitung dan membuat laporannya. Ada hal penting yang dilakukan oleh Zeti Arina sebagai konsultan pajak, yaitu mengedukasi masyarakat untuk paham pajak. Seperti yang sudah saya gambarkan di atas, bahwa pajak masih dianggap sesuatu yang menakutkan. Kehadiran Zeti Arina sebagai konsultan pajak juga bukan untuk mengajarkan para wajib pajak melakukan kecurangan. Sebagai CEO dari Artha Raya Consultant, Zeti Arina ingin mengedukasi wajib pajak agar dapat menghitung pajak seefisien mungkin. Tidak merugikan wajib pajak dan juga tidak menguntungkan. Semua dilakukan berdasarkan pada hukum perpajakan yang sudah diatur oleh Pemerintah.

zeti

Zeti Arina ( berdiri no 3 dari kiri ) bersama staff gambar dari sini

Jadi jangan anggap bahwa tugas konsultan pajak itu bisa diajak kompromi–baca : sogok atas pembayaran pajak. Pemikiran seperti itu salah besar, Zeti Arina menegaskan bahwa profesi yang diembannya adalah untuk meluruskan anggapan miring tentang pajak dan konsultan pajak. Apabila Anda memiliki seputar pertanyaan tentang pajak, Zeti Arina dengan senang hati akan menjawabnya, karena itu merupakan bagian dari edukasinya. Mendekatkan masyarakat pada pajak adalah keinginan terbesar dari seorang Zeti Arina. Rasanya di jaman sekarang ini, masyarakat Indonesia sudah banyak yang tahu tentang pajak, hanya saja belum maksimal dalam menerapkannya. Nah, tunggu apa lagi segera laporkan pajak karena pajak untuk ditaati bukan ditakuti !

Save

Menuju Swasembada Pakan Ikan Yang Berkualitas


Semenjak Presiden Joko Widodo menunjuk Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, maka sejak itu pula masyarakat Indonesia mulai melek ikan. Gairah untuk mengkonsumsi ikan langsung meningkat. Bahkan bukan hanya itu saja, dengan mengkonsumsi ikan, secara tidak langsung akan meningkatkan pula produksi perikanan. Menteri yang selalu tampil berapi-api ini langsung menyemangati para nelayan dan penambak untuk meningkatkan produksinya. Untuk meningkatkan dan memajukan perikanan budidaya, ada beberapa upaya yang sedianya dilakukan, baik oleh Pemerintah maupun pihak swasta. Karena kemajuan perikanan budidaya ikan sangat berkaitan erat dengan program kedaulatan pangan menuju Indonesia sejahtera. Berdasar pada dua program yang bersinergi tersebut, maka Menteri Susi melirik potensi Perikanan Budidaya Indonesia dengan mencanangkan program Swasembada Pakan Ikan.

Pencanangan Swasembada Pakan Ikan ini merupakan angin segar yang patut diapresiasi oleh pihak-pihak berkepentingan. Sebagaimana diketahaui pada tahun-tahun sebelumnya, industri perikanan hanya bersifat stagnan. Padahal tingkat konsumsi ikan rata-rata orang Indonesia 33,89 kg ) meningkat tiap tahunnya, meski masih jauh dibanding dengan Negara lain seperti Hongkong ( 80 kg ), Singapura ( 70 kg ), Taiwan ( 65 kg ), Korea Selatan ( 60 kg ) dan Amerika Serikat ( 35 kg ) bahkan jauh di atas Jepang yang mencapai 110 kg/orang/tahun.

Selain benih unggul dan obat-obatan, pakan ikan juga menjadi faktor penting dalam perikanan budidaya. Nilai kebutuhan yang mencapai angka 70 % dari biaya produksi, dirasa sangat tinggi di mana seharusnya biaya ini bisa ditekan sampai 35 %. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya operasional dan berdampak pula pada harga jual ikan. Permasalahan yang belum tertangani ini menjadi efek domino terhadap pendapatan masyarakat pembudidaya ikan, yang dilansir masih berada di bawah pelaku Usaha Mikro dan Kecil Menengah ( UMKM ) bahkan sebanding dengan upah buruh.

Saat ini Balitbang Kelautan dan Perikanan ( Balitbang KP ) tengah mengkaji Teknologi Pakan Mandiri. Teknologi Pakan Mandiri diharapakan bisa menjadi salah satu alternative penyediaan pakan ikan yang ekonomis bagi pembudidaya ikan air tawar. Berdasarkan kutipan dari KKPNews, Balitbang KP juga mengharapkan peran serta dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Peran serta para pemangku kepentingan ini menjadi sangat berarti dan stategis dalam merumuskan Teknologi Pakan Mandiri.

Sebagai perusahaan akuakultur terbesar, PT. Central Proteina Prima Tbk ( CPP ) selanjutnya– disebut CP Prima memiliki beberapa bisnis inti, salah satunya adalah penyediaan pakan ikan. CP Prima memproduksi pakan ikan terapung dan pakan ikan tenggelam yang digunakan untuk ikan-ikan niaga ( seperti lele, ikan bandeng, ikan carp biasa dan ikan nila ). Selain itu CP Prima juga memproduksi pakan ikan hias seperti ikan mas dan ikan carp koi. CP Prima juga memiliki beberapa pabrik yang berada di Jawa Timur, Cikampek dan Medan. Kapasitas produksi yang digabungkan dari pabrik-pabrik tersebut kira-kira menghasilkan produk sebanyak 366,540 MT pakan per tahun. Dan di penghujung tahun 2014 lalu, CP Prima juga telah melakukan ekspor pakan ikan ke India.

cppprima india

Ekspor Pakan Ikan ke India oleh CP Prima ( 2014 )

Beberapa produk yang telah dihasilkan oleh CP Prima adalah Hiprovite 781, merupakan merk Perseroan berupa pakan ikan khusus yaitu ikan lele dan telah diakui kualitasnya oleh konsumen. Ada lagi Common Carp Floating Feed 779, merupakan produk yang paling mahal karena mempunyai kandungan protein paling tinggi di antara pakan ikan terapung lainnya. Bintang dan Turbo adalah pakan ikan tenggelam dengan kualitas unggulan yang dimiliki Perseroan.

pupuk

Pakan Ikan Unggul produksi CP Prima

Mengetahui begitu banyaknya pakan ikan unggulan yang diproduksi oleh CP Prima maka tidak diragukan lagi kalau CP Prima dapat berperan serta dalam Swasembada Pakan Ikan. CP Prima bukan hanya memiliki integritas dalam hal produksi saja akan tetapi juga memiliki brand dan sertifikasi yang sudah diakui dalam dunia perikanan. Selain itu CP Prima juga mempunyai laboratorium yang lebih dari memadai. Fasilitas-fasilitas semacam inilah yang sangat diperlukan untuk memajukan perikanan budidaya, khususnya pengadaan pakan ikan. Karena dengan keberhasilan Swasembada Pakan Ikan, para pemangku kepentingan yang terlibat akan memiliki keuntungan ganda. Satu sisi bisa mencapai target ekspor dan sisi lain menunjang kedaulatan pangan. Bukankah dengan adanya pakan ikan murah berkualitas, perekonomian para penambak juga akan terangkat ? Para penambak bisa mendapatkan keuntungan lebih bila biaya produksi bisa ditekan dalam pemberian pakan ikan.

Nyata-nyata bahwa Program Swasembada Pakan Ikan dapat memberikan kontribusi dalam memajukan perikanan budidaya Indonesia. Program ini bukan hanya menguntungkan pihak Pemerintah saja tapi juga menguntungkan pihak lain yang terkait. Dengan begitu semua kegiatan yang menjurus pada perikanan budidaya dapat ditingkatkan hasilnya. Karena ke tiga komponen dalam memajukan perikanan budidaya sudah terpenuhi semua. Harapannya bahwa program Swasembada Pakan Ikan ini dapat segera terwujud sehingga para penambak dapat merasakan hidup layak dan terwujudnya kedaulatan pangan.

Melirik Potensi Ikan-ikan Lokal Dan Pengembangannya

Sebagai Negara yang dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya ikan ( mega diversity ), seharusnya Indonesia bisa berbangga. Lebih jauh lagi Indonesia dapat memanfaatkan keaneka ragaman tersebut dengan langkah maksimal. Sebut saja untuk wilayah kelautan, luas perairannya mencapai 93 ribu km2 dengan panjang pantai 81 ribu km2 ( 25% panjang pantai di dunia ), sehingga dapat dikatakan Indonesia memiliki potensi kekayaan hasil laut yang luar biasa.

Secara spesifik lagi Indonesia juga memiliki banyak sungai, danau dan rawa-rawa tempat di mana biasa ikan hidup. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui, di tempat-tempat itulah terdapat ikan-ikan lokal. Sampai saat ini masyarakat hanya mengetahui budidaya ikan seperti ; ikan lele, ikan mas, gurame, bandeng, nila, mujair dan patin saja. Padahal keberadaan ikan-ikan lokal ini masih diminati atau dikonsumsi masyarakat, karena kandungan gizinya yang tinggi. Meningkatnya permintaan dan tingginya harga ikan lokal yang cukup signifikan menjadikan ikan lokal mempunyai nilai ekonomis. Kondisi seperti ini tentu saja mendorong masyarakat untuk melakukan eksploitasi secara besar-besaran tanpa memperhatikan langkah selanjutnya.

Eksploitasi besar-besaran tanpa dibarengi dengan pembudidayaan tersebut menjurus pada kelangkaan bahkan bukan mustahil akan punah. Sebut saja jenis ikan Tor yang terdapat di Danau Toba, Sumatera Utara, ikan jenis ini sudah dapat dikatakan punah. Karena eksploitasi dan tidak adanya pembudidayaan. Sejatinya jika masyarakat sudah mengetahui hal tersebut, harus ada pihak yang berkompeten untuk turun tangan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Beberapa ikan lokal yang masih sangat diminati adalah ikan semah, baung, belida, gabus, wader dan masih banyak lagi. Semua jenis ikan lokal tersebut bukan tidak mungkin bisa dibudidayakan dengan teknologi pengembangan budidaya ikan air tawar atau payau.

Terkadang para stakeholder lupa, bahwa selain meningkatkan nilai ekspor, sejatinya mereka juga harus memperhatikan tingkat gizi masyarakat Indonesia juga. Berdasarkan data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan ( KKP ) diperoleh data bahwa tingkat konsumsi ikan pada tahun 2010 sampai 2012 meningkat rata-rata 5,44 % per tahun. Hingga tahun 2012 kebutuhan konsumsi ikan mencapai 33,89 kg per kapita per tahun. Berdasarkan fakta ini, saya ingin mengungkapkan bahwa ada baiknya Pemerintah dan para stakeholder terus berusaha meningkatkan perikanan budidaya pada semua jenis ikan, baik air tawar ataupun air payau. Dengan begitu masyarakat Indonesia akan memperoleh keuntungan ganda, yaitu meningkatnya nilai ekonomi dan meningkatnya nilai gizi.

Menurut pandangan saya, membidik misi PT. Central Proteina Prima Tbk ( CPP ) selanjutnya disebut CP Prima, untuk terus menerus meningkatkan kekuatan di bidang akuakultur dan mengutamakan efisiensi melalui sistem manajemen yang inovatif serta teknologi terkini dalam rangka memastikan kesuksesan dari para petambak serta memberikan rangkaian produk yang berkualitas. Secara konsisten kami mengevaluasi kinerja Perseroan dan kontribusi di bidang sosial, selain juga menetapkan praktik yang ramah lingkungan di seluruh proses operasional, rasanya CP Prima bisa diandalkan untuk mengembangkan proyek akuakultur dengan subyek ikan lokal.

cpprima

Usia 35 tahun berkarya dengan integritas perusahaan yang sudah tidak diragukan lagi, CP Prima dapat dengan mudah melakukan pembinaan, penyuluhan dan pendampingan pada masyarakat daerah agar populasi ikan lokal terlindungi.

Semisal saja, CP Prima dapat menggulirkan program Kemitraan Inti dan Plasma, yang mana program ini telah diterapkan pada penambak udang. Jadi dengan kata lain, jika program ini dapat sukses diterapkan pada penambak udang, ada kemungkinan bisa juga diterapkan pada ikan lokal. Bahkan sampai saat ini saja, saya seringkali kesulitan menemui ikan lokal baik di pasar tradisional ataupun modern, misalnya ikan gabus dan wader. Padahal olahan ikan gabus seperti Gabus Pucung, merupakan menu favorit keluarga saya, selain kandungan gizinya yang tinggi rasanya juga gurih.

inti plasma

Bagan Program Inti Plasma CP Prima

Di samping itu CP Prima juga memiliki Riset dan Pengembangan yang terus mengembangkan serta menyempurnakan langkah-langkah pengamanan biologis dan pengelolaan risiko di seluruh mata rantai produksi yang terintegrasi. Hingga saat ini, kegiatan produksi CP Prima belum pernah terhenti karena penyebaran penyakit maupun pencemaran. Kegiatan Riset dan Pengembangan ini bukan tidak mungkin diuji coba juga terhadap ikan lokal. Kegiatan penelitiannya bisa dimulai dengan melakukan pembenihan ikan lokal, pakannya dan seterusnya. Sungguh apabila hal ini benar-benar bisa dilaksanakan oleh CP Prima, maka sudah pasti bahwa CP Prima akan menjadi perusahaan yang bukan terdepan dalam pengolahan tambak udang saja, akan tetapi juga bisa melestarikan ikan lokal Indonesia.

ikan gabus

Ikan Gabus Sumber dari sini

Saya rasa, kegiatan melestarikan ikan lokal ini bisa dikatakan sebagai sumbangsih terbesar bagi bangsa di samping nilai ekspor udang itu sendiri. Seandainya ikan lokal ini tidak berdaya saing untuk di ekspor, maka bisa dijadikan konsumsi dalam negri sendiri, karena masih memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Harapan saya semoga saja CP Prima dapat memikirkan terobosan ini, agar masyarakat Indonesia dapat terpenuhi gizi dan ikan lokal tetap lestari.

Si Bongkok, Primadona Yang Rawan Penyakit

udang

Sumber gambar


Dari beberapa produk perikanan Indonesia, udang memberikan kontribusi dalam pemasukan devisa negara yang terbesar. Data yang diperoleh dari Aquacultur Asia Pasific, tahun 2014 lalu Indonesia menjadi produsen udang terbesar ke dua di dunia setelah Tiongkok. Secara spesifik Shrimp News International merilis bahwa udang jenis Vannamei naik sekitar 31% dibanding tahun sebelumnya yaitu sekitar 592.219 ton.

Bahkan pada tahun 2015 ini, Kementrian Kelautan dan Perikanan ( KKP ) menargetkan peningkatan produksi udang hingga mencapai 755.506 ton. Sungguh, sebuah target yang perlu mendapat apresiasi besar dari para stakeholder. Peluang yang terbuka lebar ini tentu saja tidak boleh disia-siakan. Pasar International siap menerima produksi udang Indonesia, karena dinilai banyak memiliki keunggulan. Jadi jangan sampai peluang besar ini diambil alih oleh Negara lain.

Sampai sejauh ini, memang masih diperlukan berbagai persiapan untuk menuju usaha budi daya udang yang berdaya saing dan berkelanjutan. Ada beberapa aspek utama yang harus diperhatikan untuk menghasilkan udang berstandar ekspor. Aspek tersebut adalah Teknologi, Sosial Ekonomi dan Budi Daya Ramah Lingkungan. Persiapan lainnya, tentu saja menyangkut budi daya udang itu sendiri seperti benih unggul, pakan udang dan perluasan tambak. Dari semua persiapan tersebut ada satu hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan, yaitu penyakit udang.

Sungguh miris memang, sampai sejauh ini para stakeholder hanya berkutat pada peningkatan produksi udang semata. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak dibarengi dengan penelitian lebih lanjut, bahwa udang memiliki resiko penyakit cukup tinggi. Bagaimana mungkin peningkatan udang akan tercapai sementara banyak penambak udang mengalami gagal panen yang disebabkan oleh penyakit. Di sinilah awal permasalahannya, sejatinya udang Indonesia hampir mencapai predikat primadona tapi terserang oleh penyakit. Hal ini bisa berakibat pada penurunan tingkat kepercayaan konsumen dunia akan udang Indonesia.

Permasalahan penyakit udang tidak berhenti sampai di situ saja. Selama ini para penambak udang hanya bisa mengobati udang dengan obat-obatan pengendali penyakit. Padahal tidak jarang didapati udang Indonesia terinfeksi virus dan terkontaminasi antibiotik seperti Oksitetrasiline, Klortetrasiline dan Kloramfenikol. Uni Eropa sebagai pangsa pasar ekspor udang telah menetapkan persyaratan khusus untuk udang yang akan diekspor. Persyaratan tersebut menyebutkan bahwa udang yang akan diekspor harus bebas dari antibiotik. Persyaratan tersebut telah digulirkan pada bulan September 2001, dan sejak saat itulah Pemerintah Indonesia melalui GAPPINDO ( Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia ) aktif mengkampanyekan untuk tidak lagi menggunakan antibiotik sebagai pengendali penyakit.

Pemberhentian penggunaan antibiotik ini ternyata menimbulkan masalah baru. Oleh karenanya harus diambil langkah lain untuk mengatasi masalah tersebut. Pemikiran yang muncul kemudian adalah diperlukannya seorang ahli peneliti histology tentang penyakit udang. Sebagai salah satu perusahaan produsen dan pengolahan udang terintegrasi terbesar di dunia, PT. Central Proteina Prima Tbk ( CPP ) sekiranya dapat menjembatani permasalahan tersebut di atas. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1980 ini memang memfokuskan diri pada budidaya udang, pakan, probiotik, benur dan makanan olahan.

cpprima

Saat ini di Indonesia, peneliti tentang penyakit udang masih dipandang sebelah mata, jauh dengan Negara-negara lain seperti Amerika dan Jepang. Itulah sebabnya peneliti penyakit udang di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari. Sebenarnya sudah sepantasnya sebagai Negara pengekspor udang terbesar kedua dunia, Indonesia lebih memperhatikan keberadaan seorang peneliti histology. Seorang peneliti berfungsi sebagai filter sebelum penyakit udang menyerang, ibarat pepatah sedia payung sebelum hujan. Atau sekalipun udang tersebut telah terjangkit suatu penyakit, seorang peneliti akan memberikan rujukan penanganan yang tepat agar udang dapat dipanen dengan maksimal.

Adapun tujuannya juga cukup jelas, bahwa penelitian tentang penyakit udang, semata tak lain agar hasil panenya memenuhi standar ekspor berkualitas. Jika sedari awal sudah diketahui penyakit yang menyerang udang, maka penambak tidak ragu dalam mengambil tindakan. Dengan penelitian yang intensif dan berkesinambungan penambak udang mempunyai rujukan yang tepat dan dapat dipercaya untuk mengatasi permasalahan tambaknya.

Bicara soal penelitian tidak terlepas dari masalah tempat untuk meneliti atau laboratorium. Sebagai perusahaan yang memiliki tiga tempat pembudidayaan udang dengan puluhan karyawan, setidaknya PT. Central Proteina Prima Tbk ( CPP ) dapat memberikan kontribusinya dengan menyediakan laboratorium yang memadai. Laboratorium yang sedianya difasilitasi oleh PT. Central Proteina Prima Tbk ( CPP ) akan memberikan kemajuan berarti. Bukan hanya untuk kalangan intern perusahaan saja, akan tetapi bisa juga ditularkan bagi penambak-penambak udang tradisional lainnya.

Hal ini bisa juga dipandang sebagai bagian dari bersinerginya perusahaan besar dengan para penambak udang tradisional. Perlu diingat, potensi ekspor udang Indonesia sangat terbuka lebar, jadi tidak salah jika mulai saat ini para penambak udang harus mempersiapkan diri untuk menghasilkan udang dengan kualitas ekspor. Bukan tidak mungkin di tahun-tahun berikutnya Indonesia akan menjadi pengekspor udang nomor satu di dunia karena hasil udangnya memiliki kualitas prima.


Jumlah kata : 733

Puding Jelly Pelangi Koepoe Koepoe ala Rafa

Setiap kali libur sekolah, saya selalu melibatkan anak-anak untuk turun ke dapur. Apalagi coba yang dilakukan selain memasak. Bagi saya memasak dengan melibatkan mereka sungguh amazing. Melihat dapur berantakan dengan alat-alat masak yang kotor adalah pemandangan luar biasa. Tapi, saya yakin ko bahwa semua itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang, kepuasan hati. Sangat berbeda rasanya dengan menikmati makanan di restoran, di mana kita tinggal duduk manis, pesan lalu datang deh makanannya. Nggak ada seninya kan ? Baca lebih lanjut

Cahaya Sejahtera itu Bernama PLN

Pet…! Tepat pukul 19.30 listrik padam.


Seperti biasa bila listrik padam anak-anak serempak menjerit dan memanggil-manggil saya. Keadaan jadi panik seketika, namun tidak berlangsung lama, karena saya berusaha menentramkan mereka. Saya pun melangkah mendekati anak-anak sembari mencari lampu senter, lilin atau emergency lamp. Setelah benda-benda tersebut berhasil ditemukan, drama gelap gulita pun sirna. Masalah gelap sudah teratasi, anak-anak pun aman.

Tapi situasi ini hanya berlangsung sebentar saja, karena anak-anak mulai rewel. Ada yang kepanasan lah, belum mengerjakan PR lah bahkan ada yang mau makan segala. Kegaduhan pun terulang lagi… dan sayapun mulai tidak sabar. Ketidak sabaran ini membuahkan rasa jengkel pada pelayanan PLN. Sejatinya sebagai pelanggan saya berhak mendapat pelayanan terbaik, apalagi saya tidak pernah terlambat dalam hal pembayaran. Baca lebih lanjut